Sesuai judul yang
Jadi begini para pembaca *suara disamarkan*, saya sangat ilfeel dengan yang namanya serangga. Baik yang melata ataupun yang terbang dengan kecepatan super. Tapi tidak seberapa dengan keilfeelan adik saya yang takut setengah mampus sama capung. Dan kalau dalam keadaan yang darurat saya akan melawan mereka semua, ngelawannya dengan tutup mata pastinya.
Saya itu paling takut sama centipede dan kecoa, mereka kalau bersatu jadi satu jenis hewan pasti membuat saya panas dingin gak karuan. Ngomong-ngomong, setelah nonton trailer human centipede di yutub, saya kejang-kejang dan selalu mimpi buruk. Padahal baru nonton trailernya saudara-saudara, gimana nonton filmnya full. Kalau yang centipede gak perlu kita bahas, karena yang lagi ngehits dan lebih berbahaya itu kecoa, khususnya yang terbang.
Baiklah, kita mulai cerita saya yang sesungguhnya. Jadi, tempat kejadiannya adalah ruang tamu rumah saya yang sedang damai-damainya. Pada saat itu, saya sedang belajar di lantai sambil menumpuk semua buku pelajaran besok di meja lipat. Dan saat belajar, saya masukkan kaki ke kolong meja, sehingga kalau mau berdiri mesti menggeser meja yang berat itu, berat gara-gara buku seabrek. Tumben belajar, yaiyalah belajar buat uts makannya belajar.
Disaat keadaan sedang tenang dan serius karena sedang belajar, sambil mendengarkan lagu make headset. Tiba-tiba keadaan berbalik menjadi kacau balau. Di saat bokap sedang diam menonton tv, begitupula dengan sang anak angkat bokap (baca : adek kandung saya) yang ikutan serius nonton tv. Dikagetkan dengan penampakan hitam kecil kecoklatan yang terbang-terbang melewati kami bertiga.
Tersangka tersebut adalah kecoa terbang yang nyasar gara-gara pintu rumah kebuka lebar. Dengan gesit kecoa itu terbang nemplok di bawahan tv. Ia diam sejenak kemudian
Karena sudah ketahuan ingin kabur, saya lebih memilih melanjutkan aksi kabur saya. Lebih baik terkejar daripada mematung, terkesan menyerahkan diri dengan mudah. Dengan gerakan yang gak slow, saya dorong meja lipat yang baru saya dorong setengah. Kemudian dengan kecepatan cahaya saya berdiri dan melarikan diri ke tempat aman. Sedetik kemudian, saya baru sadar adik saya sudah berteriak dan melarikan diri. Dia selamat dan tinggal saya sasaran empuk kecoa itu. Dia tidak mungkin mendekati bokap, karena ia tahu mendekati bokap sama saja dengan cari mati.
Saya deg-degan dalam waktu yang cepat, karena 2 detik kemudian saya sudah berdiri dan melompati sofa di ruang tengah menuju kamar yang aman. Namun pada akhirnya saya GAGAL SODARA-SODARA!! kaki saya berhasil ia dapatkan dan dijadikan pijakan. Si kecoa kampret kecoklatan itu, berhasil menodai betis saya T^T. Setelah ditangkap kecoa tersebut, saya tidak menyerah dan mematung menyerahkan diri. Saya menggoyang-goyangkan betis dan kecoa itu terbang menjauhi saya.
Sebenernya, saat sudah sampai diatas sofa, kaki saya sudah ditemploki kecoa itu. Dan kecoa itu memutuskan kabur disaat pertengahan melompat, saat saya menggoyangkan sedikit kaki. Mungkin kecoa itu takut dirinya terjatuh saat saya memijak nanti. Jadi kecoa itu lebih memilih kabur duluan daripada mati nanti gara-gara berhasil saya injak. Setelah kecoa biada* itu melarikan diri, saya aman bersembunyi di kamar bersama adik saya sambil berdoa semoga bokap berhasil mengenyahkan kecoa itu.
Bokap langsung berdiri disaat anak-anaknya lari tunggang langgang dari kejaran kecoa terbang. Ia segera berinisiatif mengambil senjata di samping sofa. Sapu lidi itu memang sengaja diselipin di samping sofa, supaya lebih cepat mengambilnya saat dalam bahaya. Bokap dengan segera menggaplok kecoa yang nemplok di dekatnya. Kecoa terbang itu segera menemui ajalnya dan terlempar masuk kebawah meja tv. Bokap berfikir kecoa itu sudah tiada dan tidak ingin menyapunya sekarang, karena acara tv lebih menarik ketimbang ngambil sapu. Lagipula kecoa itu ketutupan tirai meja tv, jadi tidak terlihat.
Setelah keadaan berangsur aman, saya kembali ke ruang tengah dan belajar lagi. Saat itu, bokap beserta nyokap dan adik saya sedang tidur-tiduran di kamar. Kamar sengaja gak ditutup supaya saya merasa gak sendirian. Semakin lama, buku-buku didepan saya terlihat ngeblur, menandakan untuk mensudahi belajar saya. Saat sedang mengambil nafas supaya saya tidak ngantuk, saya menangkap sekelebat kecoklatan itu lagi. Kecoa terbang itu hidup kembali dan datang untuk balas dendam. Ia bangkit dari kolong meja tv.
Saya mematung dalam duduk saya, saya mulai berfikir untuk menyerahkan diri saja. Tapi insting saya menggerakan untuk melakukan adegan yang sama saat acara pelarian pertama. Dan insting saya menang, saya mendorong meja lagi, dan dengan secepat kilat melarikan diri. Saking cepatnya, saya lupa membawa hape saya yang tersambung dengan headset yang berada di kuping saya. Alhasil, disaat melompati sofa, hape saya jatuh beserta lepasnya headset saya dari kuping.
Kecoa itu dibelakang saya, namun tetap saja saya tidak akan tega meninggalkan hape saya. Saya memungutnya dan lanjut berlari ke kamar, sambil teriak minta tolong. Nyokap saya segera mengambil sapu lidi dan menggaplok kecoa terbang itu. Kali ini lebih keras dari bokap dan kecoa tersebut benar-benar dienyahkan. Tidak hanya mati, ia dilempar keluar gerbang oleh nyokap. Kecoa terbang biada* yang malang.
Setelah kejadian itu saya memilih untuk sholat Isya, memenuhi kewajiban pada Tuhan. Saat sudah di sajadah, saya memulai sholat. Kemudian sholat saya terganggu, karena disudut mata saya ada bayangan kecoa yang keluar dari dekat kulkas *ketawan ga khusyu*. Sholat saya tunda, dan memilih menyelamatkan diri dulu. Kecoa itu mendekat, kemudian saya segera ambil sandal untuk wudhu yang ada di dekat saya.
Dengan gemetar sambil memegang sendal, saya menghentakan kaki supaya kecoa itu takut. Tapi ia lebih berani dari saya, dia mendekat ke kaki saya. Saat hampir mendekat saya lempar sandal itu dan tidak mengenai kecoa kampret itu. Tapi cukup untuk membuat dia melarikan diri kembali ke kulkas. Sholat kemudian dilanjutkan dengan tenang. Saya berfikir, kalau kecoa yang barusan teman atau sanak keluarga kecoa terbang yang habis dibantai nyokap bokap saya tadi.
Saya juga berfikir, keluarga kecoa terbang tadi membalas dendam ke saya. Semoga saja bukan keluarganya, dan tidak berniat membalas dendam ke saya *gaje*. Dan semoga saja kecoa lain juga tidak muncul lagi dan berniat menghabisi dan membalaskan dendam keluarganya *kayak sinetron aja*. Yhaaa semoga tidak benar, Amiiiinn....
Sekian cerita saya tentang kecoa terbang yang kevelnya itu berbahaya banget... Setelah membaca ini, semoga para pembaca tidak membuka pintu pada malam hari dengan ceroboh, karena bisa mendatangkan kecoa terbang ke rumah anda *sesat*.
Sekian dan terima kasih, Salam
baground blog ini seharusnya resolusi 1800px X 1600px. pasti lebih oke
ReplyDeleteMakasih sarannya ^^
Deletegw kira apa.. trnyata curhat wkwkw
ReplyDeleteisi blognya emg buat curhat sama sharing :")
Delete